Antara Bekal dan Tawakal

14264076_1750409161876569_6085475224535061264_nJika kita akan melakukan perjalanan pasti kita tidak akan melupakan apa yang dinamakan bekal. Sedikit banyak bekal yang kita bawa tergantung pada jauh atau dekatnya perjalanan yang akan kita lalui. Jika kita melakukan perjalanan dekat, tentu saja bekal yang kita bawa tidak sebanyak jika kita melakukan perjalanan jauh.

Akan tetapi ada juga orang yang dalam perjalanan tidak membawa bekal sama sekali. Sebab tidak punya bekal atau karena pasrah pada Tuhan. Karena kepercayaan yang ia miliki bahwa Tuhan tidak mungkin menelantarkan  hamba-Nya.

Lantas, bagaimana baiknya kita jika ketika akan melakukan perjalanan? Membawa bekal atau tidak alias pasrah pada Tuhan?

Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 197 yang sering dikutip ketika akan melepas jamaah haji atau pamitan jamaah haji:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Artinya: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal.” (Al-Baqarah: 197)

Dari ayat diatas mengandung dua pengertian:

Pertama, yang dimaksud bekal adalah bekal akherat, yaitu taqwa kepada Allah dan taat pada-Nya. Ini adalah bekal yang lebih utama dibandingkan dengan bekal dunia. Sebab orang yang berbekal taqwa akan selamat dan tidak takut / khawatir berada pada jalan-Nya. Diantara tanda ada taqwa dalam dirinya adalah ia tidak akan mengucap, “Besok aku makan apa? Besok aku makan dari mana?” Karena Allah berfirman:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ‏

Artinya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)

Kedua, bekal yang dimaksud adalah bekal dunia dan sebab inilah ayat ini turun. Diceritakan ada orang Yaman menunaikan ibadah haji tanpa membawa bekal. Mereka mengatakan, “Kami akan melakukan ibadah haji, mengapa Allah tidak memberi kami makan?” kemudian mereka sampai di kota Mekah meminta-minta ke masyarakat dan hal itu mengganggu mereka. Akhirnya turun ayat ini. Allah memerintahkan supaya membawa bekal. Karena bekal sendiri lebih baik daripada bekal dari orang lain, yaitu meminta dari orang lain.

Orang yang tawakal dalam perjalanan bukanlah orang yang tidak membawa bekal. Tetapi, orang yang membawa bekal dan hatinya tidak terpaut pada bekal. Hatinya terpaut pada Allah. Tawakal adalah menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha dengan sunguh-sungguh. Jika kita dalam perjalanan dan membawa bekal ternyata tidak cukup barulah kita pasrah kepada Allah.

Persoalannya adalah bukan pada membawa bekal atau tidak. Tapi pada hatinya. Terpaut pada Allah atau tidak. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw selalu membawa bekal ketika bepergian. Begitu juga dengan para sahabat dan salafussholih. Membawa bekal ketika bepergian hukumnya mubah, tidak haram. Yang diharamkan adalah ketika hatinya terpaut pada bekal dan tidak tawakkal kepada Allah.

 

Tinggalkan komentar