Teroris Itu Sahabatku (Cerpen)

PLAK… Tamparan keras entah yang keberapa kali mendarat ke pipiku. Darah segar terus mengucur dari pelipis mata kananku. Aku tak bisa mengusapnya karena kedua tanganku diborgol ke belakang.

“Kamu tetap tidak mau ngaku?!!” bentak anggota kepolisian Densus 88 yang berbadan tegap dan berkacamata hitam menginterogasi aku. Sudah berapa kali aku katakan bahwa aku tak mengetahui keberadaan sahabatku, Kardi alias Qosim yang menjadi target Baca lebih lanjut